Investasi online semakin populer, namun tidak sedikit yang terjebak dalam skema ponzi yang berujung penipuan. Skema ponzi adalah penipuan investasi di mana dana yang diterima dari investor baru digunakan untuk membayar keuntungan kepada investor lama, tanpa adanya kegiatan bisnis yang nyata. Skema ini bisa bertahan hanya jika terus ada anggota baru yang bergabung, namun ketika jumlah anggota baru menurun, aplikasi tersebut akan kolaps. Di artikel ini, kami akan membahas ciri-ciri aplikasi ponzi dan memberikan beberapa contoh aplikasi yang sudah tutup.
1. Jaminan Keuntungan Tinggi Tanpa Risiko
Ciri pertama dan paling umum dari aplikasi ponzi adalah menjanjikan keuntungan yang tinggi dalam waktu singkat tanpa risiko. Biasanya, penipu menggunakan janji manis ini untuk menarik perhatian calon investor yang ingin mendapatkan hasil besar dengan cepat. Misalnya, Anda mungkin ditawari return investasi 10-20% per bulan, jauh lebih tinggi dari instrumen investasi legal seperti saham atau deposito. Penting untuk diingat bahwa dalam dunia investasi, high return selalu berbanding lurus dengan high risk. Jika sebuah aplikasi atau platform menjanjikan keuntungan tinggi dengan risiko rendah atau bahkan tanpa risiko, itu adalah tanda bahaya yang harus diwaspadai.
Contoh aplikasi yang menawarkan skema seperti ini adalah Vtube dan TikTok Cash. Kedua aplikasi ini menjanjikan keuntungan harian dan mingguan tanpa adanya produk atau layanan yang jelas. Akhirnya, ketika tidak ada lagi anggota baru yang bergabung, aplikasi tersebut kolaps dan tidak mampu membayar para investornya.
2. Skema Referal atau Bonus Mengajak Orang Lain
Aplikasi ponzi sering kali menawarkan bonus atau komisi jika Anda berhasil mengajak orang lain untuk bergabung. Dalam skema ini, anggota yang ada didorong untuk merekrut anggota baru sebagai cara utama untuk menghasilkan uang. Ini adalah model piramida di mana uang dari anggota baru digunakan untuk membayar anggota lama. Skema ini hanya bisa bertahan selama ada anggota baru yang terus masuk. Begitu aliran anggota baru melambat atau berhenti, skema tersebut runtuh, dan para investor yang terakhir bergabung biasanya menjadi korban yang paling dirugikan.
Contoh aplikasi ponzi yang menggunakan skema ini adalah Futurenet Club dan E-Dinar. Kedua aplikasi ini mendorong anggota untuk merekrut sebanyak mungkin orang dengan janji bonus besar. Namun, begitu jumlah anggota baru menurun, aplikasi ini gagal membayar anggotanya dan akhirnya ditutup oleh otoritas keuangan.
3. Tidak Ada Produk atau Layanan Jelas
Salah satu tanda utama aplikasi ponzi adalah tidak adanya produk atau layanan nyata yang dijual atau dipromosikan. Aplikasi ini mungkin saja mengklaim menjual produk atau layanan tertentu, namun sebenarnya yang terjadi adalah pengalihan dana dari investor baru ke investor lama tanpa ada kegiatan bisnis yang riil. Jika Anda bergabung dengan platform yang hanya berfokus pada perekrutan anggota tanpa ada produk yang jelas, maka kemungkinan besar Anda terjebak dalam skema ponzi.