Sejarah Pulau Hashima Jepang: Dari Pusat Batu Bara hingga Jadi Pulau Hantu

Sejarah Pulau Hashima Jepang: Dari Pusat Batu Bara hingga Jadi Pulau Hantu

Pulau Hashima, yang lebih dikenal sebagai Gunkanjima (Pulau Kapal Perang), adalah salah satu pulau paling terkenal di lepas pantai Nagasaki, Jepang. Terkenal karena sejarah penambangan batu baranya dan arsitektur yang menyerupai kapal perang, pulau ini pernah menjadi salah satu tempat terpadat di dunia. Namun, perubahan ekonomi dan sumber energi membuat pulau ini berubah drastis dari pusat industri menjadi pulau tak berpenghuni yang menyeramkan.

Awal Mula dan Puncak Penambangan

Eksploitasi tambang batu bara di Hashima dimulai pada akhir abad ke-19 ketika Mitsubishi membeli pulau tersebut pada tahun 1890. Pulau kecil ini memiliki sumber daya batu bara yang melimpah, dan pada puncaknya di tahun 1959, lebih dari 5.000 pekerja dan keluarganya tinggal di pulau yang hanya seluas 6,3 hektar. Apartemen-apartemen dibangun setinggi sembilan lantai untuk melindungi para pekerja dari kondisi cuaca yang keras, terutama badai.

Pada masa itu, Hashima menjadi simbol kemajuan teknologi Jepang, dengan terowongan tambang yang dibangun hingga ke dasar laut. Mitsubishi mengembangkan berbagai fasilitas pendukung, seperti sekolah, rumah sakit, bioskop, dan bahkan kolam renang, untuk membuat pulau ini mandiri dan menarik bagi para pekerja.

Dampak Kerja Paksa dan Perang Dunia II

Di balik kesuksesan penambangan, ada sejarah kelam tentang kerja paksa yang terjadi selama Perang Dunia II. Ribuan pekerja dari Korea dan China dipaksa bekerja di tambang dengan kondisi berbahaya. Banyak di antara mereka yang meninggal karena kecelakaan tambang, kelaparan, dan penyakit. Hal ini menjadi salah satu alasan kontroversial saat pulau ini diakui sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2015.

Penutupan dan Menjadi Pulau Hantu

Pada tahun 1960-an, minyak bumi mulai menggantikan batu bara sebagai sumber energi utama, sehingga tambang di Hashima mulai kehilangan relevansinya. Pada tahun 1974, Mitsubishi secara resmi menutup operasi tambang, dan seluruh penghuni pulau dipindahkan. Sejak saat itu, Hashima dibiarkan terbengkalai. Bangunan-bangunan yang dulunya menjadi simbol kemajuan kini runtuh, menciptakan suasana kota hantu yang menyeramkan.

Pulau ini sempat “tertidur” selama beberapa dekade hingga dibuka kembali untuk wisata pada tahun 2009. Namun, tidak semua area bisa diakses karena struktur bangunan yang rapuh. Pulau ini juga mendapatkan perhatian internasional setelah digunakan sebagai latar dalam film James Bond “Skyfall” pada tahun 2012.

Warisan dan Kontroversi

Meski sekarang menjadi daya tarik wisata, terutama bagi mereka yang mencari pengalaman ekstrem, Hashima juga mengundang perdebatan mengenai bagaimana Jepang harus mengenang masa lalunya, terutama terkait dengan kerja paksa di pulau tersebut. Pemerintah Jepang akhirnya mendirikan pusat informasi untuk memberikan penjelasan terkait sejarah kelam ini.

Join Telegram Channel

Dapatkan informasi terkini, tips bermanfaat, dan konten eksklusif!

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Related Post