Pemilihan presiden Amerika Serikat 2024 menjadi sorotan dunia, dengan Kamala Harris dan Donald Trump menjadi dua kandidat utama yang bertarung untuk merebut kursi tertinggi di Gedung Putih. Seiring semakin dekatnya hari pemungutan suara, persaingan di antara kedua tokoh ini semakin memanas. Pada artikel ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai posisi Kamala Harris dalam pemilu 2024, serta bagaimana peluangnya melawan Donald Trump berdasarkan survei terbaru.
Latar Belakang Kamala Harris
Kamala Harris, mantan senator dari California, kini menjabat sebagai Wakil Presiden AS di bawah pemerintahan Joe Biden. Sebagai wanita pertama, orang kulit hitam pertama, dan orang keturunan Asia Selatan pertama yang menduduki jabatan tersebut, Harris sudah mencetak sejarah. Namun, pencapaiannya tidak berhenti di situ. Kini, ia berusaha mengukuhkan namanya dalam sejarah politik Amerika dengan mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2024, melanjutkan program-program yang telah dimulai oleh pemerintahan Biden.
Popularitas Kamala Harris Meningkat Setelah Debat
Pada bulan September 2024, Kamala Harris berhadapan dengan Donald Trump dalam debat pertama mereka. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Ipsos/Reuters, Harris berhasil memimpin dengan keunggulan 5 poin dari Trump setelah debat tersebut. Sebelum debat, Harris telah unggul tipis dengan 45% suara berbanding 41% untuk Trump. Namun, setelah debat, persentase Harris naik menjadi 47%, sementara Trump tetap di angka 42%. Ini menunjukkan bahwa penampilan Harris selama debat memberikan dampak positif terhadap persepsi publik [❞].
Banyak pengamat menyatakan bahwa Harris berhasil menyampaikan pandangannya secara lebih efektif, terutama terkait isu-isu yang relevan bagi pemilih Amerika. Menariknya, hampir setengah dari pemilih independen merasa bahwa Harris memenangkan debat tersebut. Kelompok pemilih independen ini sangat penting karena mereka sering kali menjadi penentu dalam pemilu-pemilu sebelumnya.
Tantangan yang Dihadapi Kamala Harris
Meskipun memperoleh momentum dari debat, Harris masih menghadapi tantangan besar. Berdasarkan survei YouGov dan The Economist, tingkat penerimaan terhadap Harris masih di angka -3. Artinya, ada lebih banyak orang yang memiliki pandangan negatif daripada yang positif terhadapnya. Hal ini menjadi salah satu hambatan utama yang perlu diatasi Harris menjelang pemilu.
Selain itu, survei juga menunjukkan bahwa ada hampir sepertiga pemilih yang merasa mereka belum cukup mengenal Harris. Ini adalah tantangan bagi tim kampanyenya untuk meningkatkan profil Harris dan memperkenalkan kebijakan serta visinya kepada pemilih yang masih ragu.